Jumat, 24 Juli 2009

Shiva, Ganesha dan Laksmi Photo Frame

Download photoframe Shiva, Laksmi dan Ganesha.

Shiva Photo frame.


Download disini : Free Download














Laksmi Photo Frame.

Download disini : Free Download  















Ganesha Photo Frame

Download disini :  Free Download

Selasa, 21 Juli 2009

Makna Hidup

Om Swastiastu
Berikut adalah kilas balik pemikiranku yang bukan ahli agama dalam menyikapi hidup.

Aku adalah seorang yang dilahirkan ke dunia sebagai manusia dalam satu keluarga yang beragama hindu. Aku berpikir betapa beruntungnya bisa dilahirkan dalam bentuk manusia, aku sadar tidak mempunyai kuasa memilih wujud lahiriah sebagai manusia atau binatang atau tumbuhan. Apalagi memilih jenis kelamin, bentuk lahiriah yang sempurna atau rupa yang menawan. Samasekali tidak ada kuasaku untuk itu...
Saat terlahir aku menangis, aku berpikir melihat bayi manusia yang selalu dalam keadaan menangis pada saat terlahir, dari panca indria yang dimiliki manusia kenapa harus tangis yang ditunjukkan pertama? Dari terkaanku mungkin karena manusia menyadari bahwa lahir mempunyai 2 makna.

Makna pertamaku, hidup sebenarnya adalah neraka..
Aku berpikir, terlahir sebagai manusia sudah diawali dengan siksaan, ketidak berdayaan dalam bentuk lahiriah, bila terlahir dari keluarga bertanggung jawab aku akan dirawat dengan baik dan berkurang siksaanku, bila dari orang tua tidak bertanggung jawab maka mungkin semasih dalam kandungan aku sudah disiksa dan dibunuh.. perjalanan panas neraka telah kumulai.
neraka yang diceritakan dalam film2 apakah itu masuk akal? apakah jiwa bisa disiksa dengan senjata/api atau apapun itu? apakah akan ada tetesan darah dari roh?
Panca indria yang melekat pada manusia menurutku adalah belenggu-belenggu neraka hidup ini, dimana aku merasa emosi, sakit, senang, bahagia, marah, sedih dan berbagai rasa lainnya. Darah, daging, tulang dari tubuh ini layaknya beban yang mesti kupikul dalam menjalani perjalanan panas neraka ini.

Manusia sering lupa akan ketidak berdayaannya dalam hidup, Bagaimana tidak? tubuh yang selalu tergantung untuk dipenuhi kebutuhan pangan 3 kali sehari,kebutuhan sandang bahkan kebutuhan seksual kadang mengantarkan manusia menjadi lupa diri.. demi makan orang bisa berbuat apa saja dsb. Menempati rumah dari sepetak tanah kulit bumi, bumi yang tidak pernah diam sedari awal, kemudian bila bumi bergerak mengakibatkan tsunami, gunung meletus, gempa dsb maka manusia menyebutnya bencana alam. Bumi dan alam ini menyediakan tempat untuk manusia tinggal, berkembang biak, menyediakan lahan dan bahan pangan tapi manusia yang sudah dikuasai ego malah menggerogotinya, mengklaim dengan kavling2 perumahan, menebas hutan, mengandangkan hewan2, dan masih saat bumi bergerak kita sebut bencana alam bahkan dianggap Tuhan yang marah, sungguh ucapan terima kasih yang keterlaluan. Alam tidak pernah memberikan bencana, manusia yang menumpang hidup diatasnyalah yang memberikan bencana pada alam!
Banyak kali peringatan bumi saat bergerak untuk menyadarkan manusia malah diabaikan, manusia tidak pernah sadar akan ketidak berdayaannya yang bergantung dengan alam bumi ini.
Belum lagi ikatan ikatan yang terjalin dalam menjalani hidup, mulai dari ikatan persaudaraan, keluarga, negara bahkan SARA, seperti yang kulihat selama ini bagaimana manusia bisa saling menyakiti, menyiksa dan saling membunuh untuk hal itu. Sama seperti yg dialami saat hewan2 buas yang ingin melindungi wilayahnya..
Apakah itu bukan beban?
Menjadi manusia atau hewan atau tumbuhan, parasit sekalipun bukanlah pilihan untukku, dengan kesadaran ini aku berpikir layakkah aku merendahkan atau menghina mahluk hidup lainnya? jangankan sesama manusia bahkan dengan seekor babipun aku tidak layak merendahkannya. Aku merasa bila merendahkan mahluk lain sama saja aku merendahkan penciptanya yang juga merupakan penciptaku.
Aku berpikir makian dengan sebutan Babi!, Anjing! dan bila perlu semua nama hewan, bukanlah makian, derajatku sama dengan mahluk hidup lain didalam tubuhNya, hanya kesempatannyalah yang berbeda, kesempatan untuk menunjukkan ragam bakti.
Aku pernah membaca cerita tentang hidup seorang pertapa untuk mencari jati diri, aku berpikir lagi, bertapa itu diam... itu pertanda panca indria tidak berfungsi, belenggu panca indria itu dipatahkan.
Saatku lelah memikul beban lahiriah ini Tuhan menunjukkan kasih sayangNya dengan memberi kesempatan padaku dan pada mahluk hidup lainnya untuk tertidur karena saat tertidurlah belenggu panca indria dan beban tubuh itu dilepaskan sejenak. Bila manusia bermimpi dan dalam mimpi terbawa emosi dsb itu pertanda roh itu masih terbelenggu panca indria. Itulah contoh roh yang tersiksa, roh yang terbelenggu panca indria sama seperti berbagai mahluk halus yang bisa menjadi contoh nyata roh yg sudah terlepas tapi masih terbelenggu dengan panca indrianya.


Makna keduaku adalah, Hidup ini sebuah anugrah kesempatan..
Terlahir menjadi manusia adalah sebuah kesempatan, sama seperti cerita pewayangan hindu dimana manusia diberi kesempatan sebebas2nya untuk menjadi karakternya sendiri. Mahluk hidup lain tidak mempunyai kesempatan untuk menunjukkan puja baktinya kepada Tuhan dengan doa2 suci atau apapun, seperti hewan yang hanya bisa menjalani hidup dengan melayani mahluk hidup lain mungkin menjadi pangannya bahkan melayani manusia juga. Menjadi manusia dengan kemampuan lebih tentu bisa mempunyai kesempatan lebih banyak dengan berbagai cara untuk bisa bersatu denganNya.
Aku menyadari banyak jalan menuju padaNya, sebagaimana begitu banyak ragam ciptaanNya, begitu banyak warna di dunia dan begitu banyak makna.
Suci? Aku tidak mencari kesucian, menurutku itu bukan jawaban.
Keselarasan/keseimbangan hidup.. mungkin itu yang mesti kulakukan, agar aku bisa mengendalikan panca indria ini dengan kesadaran diri dan kerendahan hati sampai saatku tiba.

Mencari makna dari hidup bukan berpikir dengan belenggu panca indria. Tuhan marah? Tuhan sedih? Tuhan bukanlah manusia dengan belenggu panca indria.
Bila dilihat dari ceramah agama2 yang mayoritas ada ditayangan TV hanyalah teguran untuk selalu takut dosa dan takut Tuhan, aku berpikir aku hidup didalam tubuh Tuhan, Tuhan bukan wujud manusia, melainkan tidak terpikirkan. Tuhan bukan untuk ditakuti karena aku menyayangi penciptaku yang sudah memberiku kesempatan dalam hidup untuk bisa bersatu denganNya. Karena aku menyayangiNya maka aku akan menyayangi ciptaanNya.