Jumat, 28 Agustus 2009

Tuntunan Pencarian dengan contoh Wayang

Dahaga rasa ingin tau manusia saat menjalani hidup mencari tau makna diri, menjadi manusia adalah satu pertanyaan, menyadari alam sekitar begitu ragam mahluk hidupnya tetapi terlahir menjadi manusia tanpa memahami apakah manusia itu?
Manusia yg terdiri dari beberapa bagian kompleks, yang disebutkan mempunyai nalar pemikiran melebihi mahluk hidup lainnya, darah, daging, tulang, simpul saraf, dan komponen lainnya saling bertautan agar bisa berfungsi baik yang kemudian diikat oleh roh.
Roh, apakah itu? pemahaman dangkal pribadi bahwa roh itu bagaikan udara, terasa hembusannya, terhirup setiap saat tetapi tak pernah bisa dipandang mata. Roh ada dalam tubuh tanpa kita sadari keberadaannya sampai saat terlepas nanti.
Bila kita melihat bentuk manusia seperti itu apakah ada perbedaan? apakah ada tinggi rendah statusnya?
Kemudian di bagian penglihatan manusia, ada rupa, ada nama, ada status dan beragam identitas lain. Penglihatan mata yang menyesatkan sebagai bagian cobaan panca indria yang dibebankan pada manusia. Mata yang selalu menampilkan perbedaan dan penilaian terhadap segalanya baik sesama manusia atau alam sekitarnya, dalam keadaan terpejam atau tidak sadar maka tentu tidak akan ada penilaian oleh mata.
Di bagian penciuman manusia, bila dalam kesadaran akan selalu memberi penilaian. Ini akan berbeda pada saat tertidur atau tidak sadar dimana indra penciuman tidak berfungsi, perbedaan aroma masakan dan sampah tentu tidak akan dirasakan.
Sentuhan, apakah terasa belaian lembut atau tamparan kasar pada saat kita tidak sadar? lalu pendengaran, apakah ada perbedaan antara hinaan atau pujian saat kita tidak sadar? dan terakhir kecapan rasa, pahit manis asin dsb tentu tidak akan terasa pada saat kita tidak tersadar.
Dari pemikiran itu menuju suatu kesimpulan, tidak sadar atau sadar memiliki dampak besar pada kehidupan manusia.
Sadar yang mana? tidak sadar yang mana?
Dalam pencarian bila kita menginginkan kesadaran dari panca indria maka itulah yang akan kita dapatkan.. semuanya dinilai berdasarkan penilaian panca indria.
Baik buruk harum busuk rendah tinggi sedih bahagia dsb yang semuanya hanya akan berakhir pada perbedaan.
Tetapi bila dalam pencarian kita menginginkan kesadaran rohani dalam tuntunanNya maka itulah yang akan kita dapatkan, penilaian sejati berdasarkan kesadaran rohani tanpa terseret penilaian panca indria.
Contoh mudah seperti gambar dibawah.


krishna


Dari epos Hindu Bharatayuda saat Sang Arjuna menaiki kereta kuda didampingi Shri Krishna sebagai sais kereta itulah yang tampak dimata dari gambar dan bagian cerita Bharatayuda ini, tetapi.. cobalah memaknai gambar dan cerita dari penilaian rohani, pandanglah Sang Arjuna sebagai "Roh" yang disais oleh Tuhan "Shri Khrisna" dalam menjalankan kereta "Tubuh" yang ditarik oleh kuda kuda "Panca Indria", apa artinya?
Tentu penjelasannya adalah Tuhan sebagai pembimbing akan mengantarkan roh pada kemenangan sejati moksa dan menghindarkan kita terseret oleh kuda panca indria, dengan menjadikan Tuhan sebagai penuntun tentu kita bisa mengendalikan panca indria sehingga hidup akan selalu dalam kesadaran rohani.
Cerita epos pewayangan Hindu Mahabharata, Bharatayuda maupun Ramayana memang mempunyai pesan luhur yang sangat dalam sebagai cermin dalam kehidupan manusia sepanjang jaman, memaknai cerita pewayangan tidak bisa dengan panca indria membaca dan melihat saja, demikian juga halnya dalam memaknai Tuhan, sebagai yang tidak terpikirkan sehingga nantinya tidak akan ada penilaian2 dari panca indria. Contohnya seringkali dalam kehidupan sehari2 kita memberi penilaian antara rasa adil dan tidak adil Tuhan kepada kita. Adil yang bagaimana? tidak adil yang bagaimana? apakah adil dengan penilaian secara panca indria ataukah rohani?
Bila memaknai Tuhan dengan panca indria tentu banyak yang merasa tidak adil dalam hidup ini, tetapi bila memaknai menggunakan kesadaran rohani..? pastinya satwa dan tumbuhan sebagai mahluk ciptaanNya juga akan kita sadari telah begitu banyak yang menjerit2 oleh ketidak adilan dalam hidup mereka akibat ulah manusia. Apakah kita peduli? Disisi lain kita adalah sesama ciptaanNya, apakah Tuhan akan membedakan ciptaanNya seperti kita membedakan sesuatu dengan kesadaran panca indria? Keadilan Tuhan bukanlah keadilan manusia, penilaian benar salah manusia tentu tidak akan sama dengan penilaian benar salah oleh Tuhan.
Kebesaran Tuhan memberikan manusia kebebasan untuk memilih sais bagi tubuhnya dan kebebasan arah tujuan kereta hidupnya.

1 komentar:

admin::indopubnet:: mengatakan...

Api,air tanah,dan udara,didukung oleh empat mata penjuru angin.
Seberapa banyak mahluk yang bernama manusia mengenal dirinya sendiri sebagai manusia,bisakah manusia mengurai labirin kehidupan sebelumnya,untuk menyerap hawa positif untuk di aplikasikan di kehidupan sekarang dan masa depan...???